Renungan Hari Minggu Biasa  XIII : “Berani Menerima Penderitaan”

Bacaan: 2Raj. 4:8-11, 14-16a; Rm. 6:3-4, 8-11; Mat. 10:37-42

Manusia sering mengelak dan menghindari penderitaan, tantangan dan kesulitan. Untuk meraih suatu sukses, terkadang orang tak mau berjuang dan berkorban. Orang memilih jalan pintas, entah dengan cara mencuri, menyontek, korupsi bahkan tak segan menghilangkan nyawa orang lain. Bila  mengalami sakit dan derita, kalau bisa cepat diatasi. Orang tidak tahan dan tidak mau menderita. Kalau memang harus bahagia dan senang kenapa harus mengalami penderitaan. Demikian pikir mereka. Karena itu, apapun caranya orang berusaha untuk menghindar dan menempuh jalan pintas.

Menjadi orang Kristen, pengikut dan murid Yesus, sering orang bertanya mengapa banyak tantangan, kesulitan dan penderitan. Karena itu ketika mengalami penderitaan  karna nama Yesus, karna menjadi Katolik, tidak segan dan dengan mudah orang lalu meninggalkan keyakinan imannya itu.Sering orang beralih dan meninggalkan imannya karena ekonomi, karena perkawinan, karena jabatan. Sebab ketika menjadi Katolik, ia tidak menjadi kaya,  jabatannya tidak naik, dll. Dengan mudah iman itu ditukar dengan hal-hal yang menurutnya lebih baik dan lebih membahagiakan hidupnya, dan tidak banyak penderitaan.

Yesus dalam Injil hari ini mengajak kita untuk menjadi pribadi yang layak bagi Yesus. Pribadi yang layak bagi Yesus adalah pribadi-pribadi yang lebih mengasihi  Yesus daripada ayah-ibunya sendiri; lebih daripada putera-puterinya sendiri; orang yang mau memikul salibnya dan mengikuti Yesus, orang yang rela kehilangan nyawanya, orang yang mau menyambut pengikut Yesus, yang mau menyambut para nabi, dan mereka yang memberi sedekah. Inilah kriteria yang ditawarkan Yesus kepada kita. Berani mengikuti Yesus berarti juga berani dan rela menderita. Yesus menegaskan pentingnya kerelaan untuk menderita atau kesediaan memikul salib sebagai syarat untuk mengikuti-Nya. “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, Ia tidak layak bagi-Ku”. Kehidupan orang-orang Kristen selalu dikaitkan dengan salib. Oleh misteri salib, penderitaan manusia mempunyai arti. Sebagaimana Yesus, berkat wafat dan kebangkitan-Nya, penderitaan dan kematian telah dipercayai sebagai jalan untuk mencapai kemenangan atau kebahagiaan hidup. Penderitaan dan kematian adalah korban-korban yang harus dijalani guna memperoleh keberhasilan atau kebahagiaan di dalam hidup.

Kita tidak perlu mencari penderitaan dan korban. Tetapi kalau kita dipanggil untuk menderita dan berkorban demi kebahagiaan dan keselamatan sesama kita, maka hendaknya kita bisa menghadapinya dengan ikhlas dan rela. Setiap salib akan menghasilkan keselamatan. Salib adalah jalan menuju keselamatan. Yesus menjadi jaminan karna Ia sudah menempuh jalan ini.

Mutu kehidupan atau hasil yang kita peroleh dalam hidup sangat bergantung pada berapa besar hal yang kita korbankan untuk mencapainya. Tiada kebahagiaan tanpa korban, tiada keselamatan tanpa salib. Semoga kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang layak bagi Tuhan dan bagi sesama.****

 

Ditulis oleh Rm. Frans Emanuel Da Santo, Pr

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *