Renungan Hari Minggu Biasa Ke XXXIII : “Waspada Dan Jangan Disesatkan”

Bacaan:  Mal. 4:1-2a; 2Tes. 3:7-12; Luk 21:5-19

Ketika orang membanggakan dan mengagumi keindahan Bait Allah sebagai sebuah bangunan fisik, Yesus justru mengingatkan mereka akan keruntuhannya. Yesus menghubungkan keruntuhan Bait Allah itu dengan akhir zaman. Bahwa akan terjadi bencana gempa bumi dasyat, perang dan pemberontakan, penyakit dan kelaparan serta tanda-tanda dasyat dari langit. Yesus lebih lanjut mengingatkan bahwa semua harus terjadi lebih dulu; dan kita diminta untuk tidak panik dan terkejut.

Dalam arti rohani, Baitul suci tidak lain adalah tubuh kita sendiri (lihat 1Kor 6:19). Bait suci lambang  kehadiran Allah, maka ketika manusia tidak dikuasai Allah itu berarti kematian, akhir kehidupan manusia. Karena itu kita diajak untuk waspada. Dan dalam waspada itu, biarlah Allah menguasai kita.

Gambaran akhir jaman yang demikian ini tentu tidak memuaskan karena kecenderungan manusia adalah ingin mengetahui secara jelas/terang benderang. Namun rupanya gambaran itu setidak-tidaknya menghibur manusia. Ini nyata melalui keyakinan banyak manusia bahwa kiamat itu ada. Dari rasa ingin tahu tentang akhir jaman maka pertanyaan manusia mulai bergeser kepada saat terjadinya kiamat. Bagaimana dan kapan hal itu terjadi.

Inilah yang ditanyakan para murid dalam Lukas 21:7 ketika Tuhan Yesus mengatakan kepada murid bahwa akan tiba harinya Bait Allah itu hancur. Bagi orang Yahudi Bait Allah adalah simbol agama mereka. Dan kalau Bait Allah hancur maka malapetaka bagi iman dan bangsa mereka. Pertanyaan para murid ini,  juga mewakili pertanyaan manusia jaman sekarang. Sebab pertanyaan itu berisi dua hal tentang kiamat atau akhir zaman, yaitu: bagaimana dan kapan kiamat itu terjadi? Dua pertanyaan ini bertautan erat dengan kesiapan menghadapi kiamat. Berhubungan dengan itulah maka Tuhan Yesus memberikan jawaban: ”waspada”. Jadi, seperti biasanya Tuhan Yesus tidak memberi jawaban pasti atau tidak mau terjebak dalam logika pertanyaan para murid tetapi justru memberi jawaban yang butuh dicerna yaitu,“Waspadalah…..supaya jangan kamu disesatkan……” Seruan ini adalah seruan praxis yang berkaitan dengan iman. Ini juga mengajarkan kapada kita bahwa iman itu bertautan dengan praktek.

 Karena itu, menghadaapi semuanya itu, sebagai orang beriman ia harus memiliki sikap iman yang jelas sebagai orang yang  percaya untuk menantikan hari akhir. Sikap itu adalah:Tidak disesatkan oleh mesias palsu (ayat 7).Ini berarti keteguhan dan ketegaran iman kepada Tuhan Yesus adalah syarat utama menantikan akhir jaman. Dan keteguhan iman itu mahal harganya karena harus dibayar dengan memanggul salib,  termasuk siap berbeda dengan keluarga, sahabat dan saudara (ayat 16) dan bahkan dibenci oleh semua orang (ayat 17).

Harga yang mahal itu sebanding dengan upah yang diperolehnya karena setiap orang yang tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus Kristus dan tidak tersesat maka ada jaminan jikalau Tuhan akan melindunginya. Sebab tidak sehelaipun rambut dari kepalanya yang hilang (ayat 18). Artinya bagi setiap orang yang tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus Kristus maka seluruh hidupnya bahkan sesuatu yang tidak kuasa dia tanggung akan tetap diselamatkan sampai akhir jaman. Bahkan saat terjadi berbagai musibah dan bencana sekalipun, setiap orang yang tidak tersesat oleh mesias palsu akan dilindungi oleh Allah dan bahkan akan muncul sinar mentari yang baru (Maleakhi 4:2a)

Tuhan Yesus juga mengingatkan bahwa musibah dan bencana baik alam maupun tatanan kehidupan manusia (ayat 9-11), seolah-olah kesudahan segala sesuatu sudah terjadi. Tetapi tidak demikian bagi Tuhan Yesus, sebab akhir zaman adalah misteri bagi manusia dan itu ada dalam kuasa Tuhan. Tuhan memberikan kesempatan dan peluang kepada kita untuk menjadi penenang atau memberi rasa tenang kepada mereka yang bingung dan takut melihat malapetaka dan musibah di dunia ini. Hal ini juga berarti bahwa kita tidak dengan mudah menganggap diri sebagai orang yang mengerti kehendak Tuhan. Namun diharapkan agar manusia benar-benar percaya dan bersandar kepada Tuhan. Dan orang yang sepenuhnya bersandar kepada Tuhan itulah yang disebut beriman teguh.

Dalam iman yang teguh itulah, kita dengan berani pulabersaksi tentang Tuhan Yesus. Dan bersaksi itu tidak digerakkan atau didasari pikiran dan strategi sendiri tetapi hikmad Tuhan, karena digerakkan oleh Tuhan dengan kata-kata hikmat-Nya dan bukan karena konsep dan rencana pikiran sendiri. Tuhan adalah jaminannya.

Mari kita terus waspada dan jangan sampai disesatkan. Tuhan memberkati!

*******

Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, PR  adalah imam asal Keuskupan Larantuka, kini berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif, Komkat KWI, Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *