Renungan Hari Minggu Paskah IV: Gembala yang Baik

Yesus Gembala Yang Baik.jpg

Bacaan I : Kis 4:8-12a
Bacaan II : Yoh 3:1-2
Bacaan Injil: Yoh 10:11-18

Dalam dunia Islam ada ceritera-ceritera sufi yang menarik tentang kepemimpinan yang ideal. Salah satu ceritera tentang kepemimpinan ideal adalah ceritera tentang kepemimpinan khalifah Umar bin Khatab.

Diceriterakan bahwa khalifah Umar adalah seorang pemimpin yang sangat dekat dengan rakyatnya. Ia sering berkeliling negeri untuk melihat dan mendengar dari dekat mengenai keadaan rakyat dan umatnya.

Pada suatu malam ia berjalan-jalan di kota Baghdad. Pada suatu sudut jalan dipinggiran kota ia melihat sebuah gubuk reot. Dari luar gubuk itu dapat dilihat kelap-kelip cahaya api dari pertungkuan lewat celah-celah dindingnya. Sementara itu khalifah Umar mendengar tangis seorang anak kecil yang berkepanjangan, yang selalu diselingi oleh suara seorang wanita, mungkin ibu anak itu, yang berkata: “Sabar nak, sebentar lagi akan masak!”

Khalifah Umar berjalan terus. Beberapa jam kemudian beliau lewat lagi di jalan itu. Tangis anak itu masih kedengaran dan suara ibunya masih tetap berkata: “Sabar nak, sebentar lagi akan masak!” Khalifah Umar berpikir: apa saja yang di masak oleh ibu itu dalam waktu yang sekian lama. Ingin tahu ia masuk ke dalam gubuk dan membuka penutup periuk yang terjerang diperapian. Beliau kaget setengah mati, karena ibu itu rupanya memasak batu-batu, sekedar untuk menghibur anaknya. Khalifah Umar yang dalam keadaan menyamar menegur ibu itu: “Ibu, ibu tentu tahu bahwa khalifah Umar itu seorang pemimpin yang baik! Mengapa ibu tidak datang kepadanya untuk memberitahukan tentang keadaan ibu?? Apa jawaban ibu itu?? Ia berkata: “Kalau khalifah Umar seorang pemimpin yang baik, maka bukan saya yang datang kepadanya, tetapi beliau yang harus datang kepada saya!” Khalifah Umar terpaku dan tercekak kerongkongannya. Ia cepat-cepat kembali ke istana, dan malam itu juga pemimpin besar umat Islam itu memikul satu karung gandum ke pondok ibu miskin tadi. Seorang pemimpin besar yang berhati mulia!!.

***
Dalam dunia kristen pasti ada ceritera-ceritera yang serupa. Para pemimpin kristen seharusnya dapat mencontohi teladan dari Yesus Kristus, sang Pemimpin.
Yesus menyebut diri-Nya Gembala, suatu lukisan tentang kepemimpinan dari Perjanjian Lama yang sangat akrab dengan gembalaan-Nya. Tentang diri-Nya Yesus berkata: “Aku ini Gembala yang baik, yang menyerahkan nyawa untuk domba-domba-Nya. Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku”. Dengan itu Yesus menyebut tiga kriterium (ciri) dari kepemimpinan-Nya:

Pertama: Melibatkan diri dalam kehidupan dari mereka yang dipimpin-Nya untuk pengenalan yang mendalam dan akrab.
Kedua: Senantiasa merindukan dan mengusahakan persatuan tanpa menutup mata pada perbedaan dari setiap anggota kawanan-Nya.
Ketiga: Bersedia menyerahkan kehidupan-Nya untuk mereka yang dipimpin-Nya.

Ini pula program yang dipercayakan Yesus kepada semua mereka yang ditetapkan untuk menjadi gembala dalam Gereja.
Manusia sering tidak diakui lagi sebagai suatu pribadi. Manusia sering disamakan dengan suatu nomor. Di pabrik-pabrik, di sekolah-sekolah, di kantor-kantor dan di lembaga pemasyarakatan, manusia sering dikenal dengan suatu nomor. Mungkin termasuk NIP itu.

Manusia tidak dilihat dan diperhatikan lagi secara orang per orang. Tetapi secara massal. Dan sering manusia massal ini disalahgunakan dan ditunggangi.
Pada saat manusia-manusia tidak dianggap sebagai suatu pribadi lagi dan tenggelam dalam massa tanpa nama, tentulah sangat menghibur kalau dalam injil hari minggu ini kita masih bisa mendengar suara seorang pemimpin yang masih mengenal kita secara perseorangan dan dapat menyebut setiap nama kita.nn

Sumber: Buku Homili Tahun B, Komkat KWI, ditulis oleh Rm. Yosep Lalu, Pr,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *