Renungan Tahun Baru:  Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru

“Untuk segala sesuatu ada masanya” (Pkh 3:1a),

  1. Tuhan Pencipta, Pengatur dan Pengarah Waktu.

Dalam sukacita waktu terasa begitu cepat, namun di waktu menderita waktu berjalan begitu lambat. Namun sebenarnya itu hanyalah persepsi manusia saja. Kata waktu di dalam Bahasa Yunaninya dipakai dua kata: pertama, kronos, yaitu suatu proses dari peristiwa dan keadaan yang berawal dan berakhir. Proses ini seperti titik-titik yang membentuk garis. Yang kedua, Kairos artinya kesempatan. Bahwa setiap titik itu tidak akan terjadi lagi, oleh karena itu ia menjadi kesempatan yang tiada duanya untuk diisi. Jikalau dibandingkan dengan umur bumi dan planet-planet alam semesta yang jutaan tahun, lebih-lebih keabadian, waktu manusia sebenarnya sangat singkat dan sangat sementara sekali (Mzm 89:48; 90:5-7,10). Manusia hanya seperti titik atau debu yang kecil sekali. Dalam waktu yang sangat singkat itu berisi beranekaragam peristiwa dan keadaan, bahkan yang bertentangan antara satu dengan yang lain. Seolah tidak ada yang pasti, otak manusia tidak ada yang mampu menggapai. Banyak orang bingung!

Manusia bingung, karena hanya mengetahui sekeping kecil waktu. Namun bagi Tuhan Sang Pencipta waktu, Dia mengetahui waktu tersebut secara utuh. Bahkan Dia mengaturnya dan mengarahkannya dengan cermat, sehingga tidak ada yang “kebetulan” bagi–Nya. Oleh karena itu hanya Dialah yang dapat diandalkan untuk menjadi dasar berdiri teguh di tengah berbagai guncangan dan penjungkir-balikan ketidakpastian dan ancaman penyirnaan ini. Bersama Tuhan Sang Pencipta, Pengatur dan Pengarah waktu itulah kita melangkahkan kaki memasuki tahun 2021 ini. Maka berita Pengkhotbah, bahwa di tengah kesia-siaan ini janganlah hidup kita menjadi sia-sia juga. Hiduplah secara positip terhadap waktu, pekerjaan dan keluarga.

Betapa pentingnya tiap titik waktu yang kita miliki untuk kita isi dan gunakan dengan benar. Sebab Dia tidak hanya akan membuat segala sesuatu indah dan bermakna pada waktunya saja, melainkan juga akan memberikan kekekalan dalam hati kita (3:11). Betapa indahnya, di tengah dunia yang tidak sempurna, kemampuan manusia yang serba terbatas dan penuh kefanaan, kita dapat melihat dan mengimani apa yang melampaui apa yang kelihatan dan segera berlalu ini, yakni karya dan pengaturan Tuhan yang utuh akan waktu, bahkan tujuan Tuhan yang akan membawa kepada kekekalan masa depan setelah waktu itu sendiri berakhir. Hal itu akan membawa hidup kita tidak diombang ambingkan oleh gebyar nilai-nilai dunia yang serba terbatas dan fana ini, melainkan dituntun dan ditentukan oleh nilai-nilai kekekalan. Itulah yang akan membawa kepada hidup penuh hikmat dan ketenangan.

  1. Menikmati dan Mengisi Waktu dengan Benar

Saudaraku yang berbahagia, masa depan yang cemerlang yang disediakan Tuhan itu adalah langit baru dan bumi baru, sebagaimana yang disaksikan oleh Yohanes di Pulau Patmos (Wahyu 21:1-6a). Langit baru, bumi baru dan Yerusalem baru itu turun dari langit, artinya bukan berasal dari dunia, bukan hasil pencapaian karya manusia, melainkan dari Allah sendiri. Ia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatNya yang dikasihiNya, artinya terjadi persekutuan antara Allah dan manusia yang demikian indah dan baiknya. Tidak ada derita, perkabungan, maut dan air mata. Dia akan menghapus segala air mata. Ia menjadikan segala sesuatu baru, yang lama telah berlalu. Dia adalah Sang Alfa (awal) dan Omega (akhir).

Yang mengagetkan, untuk masuk ke dalam langit baru dan bumi baru itu ditentukan oleh apa yang kita lakukan dengan waktu yang dikaruniakan Tuhan dalam hidup kita kini. Lebih mencengangkan lagi, dasar dan ukuran penilaiannya dalam mengisi waktu itu adalah bukan benar atau salahnya doktrin agamamu, bukan pula sejauh mana kerajinan ibadahmu atau mengikuti semua ritual agamamu, melainkan bagaimanakah sikapmu kepada sesamamu. Yakni sesamamu yang paling hina yang tidak dapat kau harapkan untuk memberikan balasan kepadamu. Sebab Sang Raja, Tuhan Yesus sendiri mengidentifikasikan dengan mereka yang paling hina dan membutuhkan itu: yang lapar, haus, telanjang, terasing, sakit dan terpenjara. Apa yang kau lakukan kepada mereka, itulah yang kau lakukan kepada Tuhan Yesus Sang Raja dan Sang Hakim itu sendiri. (Matius 25:34-40).

Pada setiap tahun baru, orang-orang cenderung memiliki yang namanya resolusi tahun baru. Orang-orang ingin mengubah suatu kebiasaan buruk di tahun lalu menjadi suatu kebiasaan yang baik. Mungkin ada yang ingin berhenti merokok, mungkin ada yang ingin mulai rajin olahraga, atau mungkin ada yang ingin membiasakan diri membaca Alkitab setiap hari. Namun, biasanya kebanyakan dari orang-orang yang membuat resolusi tahun baru ini hanya bertahan kurang dari satu bulan. Setelah beberapa minggu, mereka biasanya mulai capek dan berhenti berusaha mencapai tujuan mereka.

Saya tidak ingin melihat kalian menjadi orang-orang itu. Saya tidak ingin kalian berhasil memulai, tetapi gagal untuk menyelesaikan. Saya ingin kalian berhasil dalam mencapai resolusi tahun baru kalian dan saya ingin kalian memiliki kehidupan yang lebih baik di tahun baru ini.

  1. Mengapa Harus Memiliki Kebiasaan Yang Baik?

Hari esok sangatlah penting! Kebiasaan yang kamu buat hari ini akan menentukan hari esok dari hidupmu! “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7) Kita seringkali marah kepada Tuhan atas masalah yang terjadi di hidup kita, padahal seringkali masalah tersebut merupakan buah dari keputusan buruk kita sendiri di masa lalu. Rasanya sangatlah sulit mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk di dalam hidup kita. Dan rasanya juga sangatlah sulit untuk memulai kebiasaan baik yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan. Jadi bagaimana caranya kita dapat mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk kita dan memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik di dalam hidup? Orang-orang seringkali berpikir keberhasilan seseorang ditentukan oleh sebuah pilihan besar yang seseorang buat sekali di dalam hidupnya; tetapi sesungguhnya, keberhasilan seseorang ditentukan oleh puluhan ribu pilihan-pilihan kecil yang dia buat selama hidupnya.

Pengkhotbah 1:9 Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. Kita selalu suka yang baru. Kita begitu excited ketika mengunjungi sebuah tempat baru, yang belum pernah kita sambangi sebelumnya. Kita begitu semangat dengan hobi yang baru, kita bisa betah berlama-lama seolah kita mendapatkan “mainan” baru. Kita begitu giat saat mempelajari hal yang baru, bahkan tak peduli kalau harus menghabiskan banyak waktu. Demikian juga halnya dengan barang baru, kita memperlakukannya dengan sangat baik. Merawatnya, membersihkannya, dan menjaganya secara luar biasa.

Bagaimana dengan tahun baru? Sama! Bukankah kita begitu semangat menjalani segala aktivitas di tahun yang baru? Kita membuat resolusi, rencana, target, dan mempersiapkan ini itu dengan sangat baik. Masalahnya, kita tidak menjalani kehidupan di bulan Januari saja. Setelah Januari, kita akan menghadapi Februari, Maret, dan seterusnya. Apakah ketika kita sudah di paruh perjalanan, sebut saja di bulan Juni, kita tetap memiliki semangat yang sama seperti ketika kita menjalani di bulan Januari? Jika tidak, maka segala resolusi dan perencanaan yang kita buat di awal tahun adalah hal sia-sia, sebab rencana itu kita buat untuk sepanjang tahun, bukan sepanjang bulan! Pengkhotbah 1:9 berkata, “Tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.” Ini bukan ayat yang melemahkan kita, tapi justru menyadarkan kita bahwa sebenarnya tidak ada yang benar-benar baru, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Masihkah kita semangat menjalaninya? Terus terang, inilah adalah “penyakit” kebanyakan orang. Hangat-hangat tahi ayam! Semangat hanya di awal, tapi setelahnya kedodoran tak karuan. Kita mengawali tahun yang baru ini dengan semangat, itu baik, tapi pastikan kita menjaga semangat itu sampai tuntas di akhir tahun nanti. Kita perlu konsisten untuk segala hal yang telah kita putuskan dalam resolusi dan perencanaan di awal tahun ini. Pada akhirnya kesuksesan bukan untuk orang yang semangat di awal saja, tapi untuk orang yang semangatnya konsisten.  Jalanilah setiap hari seolah-olah ini adalah lembaran baru bagi kita.

  1. Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru

“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”

Kita menyukai hal-hal baru. Kita menanti film baru, lagu baru, tempat-tempat baru, kesuksesan, peningkatan dan pencapaian baru, bahkan hubungan kita pun akan terasa membosankan kalau hanya begitu-begitu saja tanpa adanya kejutan dan hal-hal baru yang dilakukan bersama. Tantangan-tantangan baru mampu membuat banyak orang bersemangat, karena disana mereka akan belajar hal baru dan menggapai keberhasilan yang baru pula.

Seperti apa tahun baru dalam hidup. Ketika ada peluang baru muncul, itu artinya saya bisa mempergunakan talenta, kemampuan, daya kreasi dan ide-ide yang ada pada diri saya untuk menghasilkan sesuatu yang baru pula. Yang mudah-mudahan membawa manfaat bagi banyak orang, syukur-syukur memberkati dan yang pasti dilakukan sebaik-baiknya dengan tujuan memuliakan Tuhan di dalamnya. Jadi hal baru membuka peluang baru, membawa tantangan baru yang memerlukan strategi baru. Ada yang sudah menampakkan hasil, ada yang belum, ada yang gagal. Tapi yang gagal sekalipun merupakan proses untuk menuju sesuatu yang lebih baik. Singkatnya, tahun baru merupakan tahun percepatan dengan terbukanya banyak peluang. Walaupun kegiatan bertambah dan jam istirahat berkurang, tetapi peluang-peluang dan aktivitas baru membuat kita bersemangat dan tidak sabar melihat bagaimana kelanjutannya di tahun yang baru.

Menariknya, Tuhan pun suka dengan hal-hal baru. Lihatlah apa kata Pemazmur berikut ini: “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!” (Mazmur 96:1). Tuhan menyukai puji-pujian yang baru dari kita, bukan hanya yang itu-itu saja dari tahun ke tahun. Tuhan merindukan hubungan yang terus diperbaharui menjadi lebih dalam lagi, Tuhan menantikan perubahan sikap kita ke arah yang lebih baik dan semakin seperti Yesus. Tuhan menyukai proses kita menuju kedewasaan, kebijaksanaan dan kerohanian yang lebih tinggi. Tuhan tidak mau kita terus menerus menjadi manusia yang tercemar dalam dosa sejak lahir, maka Dia pun memberikan kesempatan buat kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17). Kita diminta untuk membuang “ragi yang lama” supaya bisa menjadi “adonan yang baru.” (1 Korintus 5:7).

Menariknya, dan pujilah Tuhan untuk ini, Tuhan bahkan sudah menyatakan bahwa Dia memberi kita rahmatNya yang baru. Bukan sekali-kali, bukan hanya setahun sekali, sebulan sekali atau seminggu sekali, tetapi setiap pagi. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23). His mercy, loving kindness and blessings are new every morning. That’s the way He greets us everytime we wake up. Begitulah cara Tuhan menyapa kita setiap kali kita bangun di pagi hari. Kalau kita merenungkan hal ini, bukankah itu luar biasa? Tuhan menganggap penting rahmat-rahmat, berkat-berkat baru untuk dicurahkan kepada kita. Tuhan besar kesetiaanNya untuk selalu melimpahi kita dengan sesuatu yang segar dan baru, bukan sisa-sisa, bukan sesuatu yang kadaluarsa. Dia selalu memberkati kita dengan segala yang terbaik. Masalahnya, sejauh mana kita sadar akan hal itu? Kita malah suka menganggap Tuhan tidak tanggap terhadap diri kita, seolah Tuhan senang melihat kita susah berlama-lama. Kita bahkan sering lupa untuk mengucap syukur dan berterimakasih setiap kita bangun pagi dan lebih memilih untuk langsung sibuk-sibuk, bersiap menghadapi aktivitas yang menanti tanpa peduli untuk menyapaNya. Padahal Tuhan siap memberkati kita dengan penuh sukacita untuk memulai hari dan melakukan yang terbaik hari ini.

Di mata Tuhan kita sangatlah berharga. KasihNya kepada kita tidak terukur besarnya. “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32). Ayat ini dengan sangat jelas menggambarkan betapa besar kerinduan Allah untuk selalu memberikan yang terbaik pada kita. Bahkan dengan kedatangan Kristus, kita dimungkinkan untuk mengalami pemulihan hubungan dengan Tuhan, mengalami penebusan dan dilayakkan untuk menerima berkat keselamatan, menikmati hadiratNya hari ini, merasakan kedekatan dan kasihNya yang begitu teduh secara langsung, tidak lagi harus lewat perantara seperti di masa Perjanjian Lama. Kita bukan lagi yang lama tetapi sudah menjadi ciptaan baru, diberi rahmat yang baru setiap pagi berdasarkan kasih setia Tuhan pada kita. Apakah kita mau mensyukuri hal itu dan mengimaninya dengan hidup sebagai sosok yang sudah diperbaharui, atau kita memilih untuk terus terikat pada berbagai kebiasaan buruk di masa lalu, terbelenggu pengalaman-pengalaman pahit di waktu lalu dan tidak juga ingat untuk mengucap syukur kepadaNya? Apakah kita mau memakai dan memaksimalkan rahmat-rahmat yang baru dari Tuhan setiap pagi atau melupakannya saja, itu pilihan kita. Satu hal pasti, apa yang disediakan Tuhan sesungguhnya baru dan segar, dan itu hadir setiap pagi.

Memasuki Tahun yang baru,  mari kenali Tuhan lebih lagi. Semakin kita mengenalNya, semakin kita mengetahui kasih dan rancanganNya buat kita, semakin kita terkagum-kagum dibuatNya. Firman Tuhan yang disampaikan kepada Hosea berkata “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” (Hosea 6:3). Seperti apa tahun baru buat anda? Mungkin ada yang merasa tahun ini tidak terlalu baik, atau malah buruk? Dengarlah, Tuhan menyediakan yang baru bagi anda. Tuhan membuka peluang-peluang baru, kesempatan baru di tahun yang baru. Bagi anda yang menganggap tahun baru sebagai tahun yang baik setidaknya menjanjikan, Tuhan pun menyediakan rahmatNya yang baru bagi anda. Apapun yang anda rasakan di tahun baru, semuanya merupakan bagian dari keberhasilan baru yang menanti di depan sana. Karenanya bersukacitalah dalam menyambut tahun yang baru, jalanilah dengan penuh semangat dan harapan baru. Ada Tuhan dengan rahmatNya yang baru disana, dan Dia akan selalu berjalan bersama dalam setiap langkah.

Tahun baru, rahmat baru, harapan baru. Selamat tahun baru, Tuhan memberkati. **

 

Ditulis oleh Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI

One thought on “Renungan Tahun Baru:  Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *