Bacaan: Why. 7:2-4,9-14; 1Yoh.3:1-3; Mat. 5:1-12a
Pada Hari Minggu ini Gereja merayakan pesta semua orang kudus. Hari raya ini diadakan untuk menghormati para kudus, baik mereka yang sudah diakui resmi oleh Gereja, maupun yang belum, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
Perayaan ini dilandasi keyakinan bahwa ada ikatan spiritual yang kuat antara anggota gereja yang sudah berbahagia di surga dengan yang masih berjuang di dunia ini. Dengan keyakinan inilah Gereja menghormati semua anggotanya yang sudah menikmati sukacita abadi di surga. Mereka yang telah memelihara dan menghayati imannya dengan baik dalam hidup sehari-hari sampai pada akhir. Paus Fransiskus mengatakan, “Kekudusan adalah wajah Gereja yang paling menarik. Juga di luar Gereja Katolik dan dalam berbagai konteks yang sangat berbeda, Roh Kudus membangkitkan “tanda-tanda kehadiran-Nya yang membantu para murid Kristus sendiri”. Dan dalam kesempatan lain Santo Yohanes Paulus II mengingatkan kita bahwa “kesaksian tentang Kristus sampai pada penumpahan darah, telah menjadi suatu warisan umum orang-orang Katolik, Ortodoks, Anglikan dan Protestan”.
Yesus dalam Injil hari ini mengatakan, “Bersukacitalah dan bergembiralah” (Mat 5:12) kepada mereka yang dianiaya dan dihina oleh karena Dia. Tuhan meminta segalanya dan Dia mengaruniakan kehidupan sejati, kebahagiaan yang untuknya kita diciptakan. Dia menghendaki kita kudus, dan tidak mengharapkan kita puas diri dalam sikap tawar hati, suam-suam kuku, tidak konsisten. Sesungguhnya panggilan kepada kekudusan tampak dalam berbagai cara.
Untuk menjadi kudus tidak perlu menjadi seoang uskup, imam ataupun religius. Kekudusan juga bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang dapat menjaga jarak dari pekerjaan biasa sehari-hari dan mencurahkan waktu lebih banyak untuk berdoa. Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dengan menghayati hidup kita dengan kasih dan masing-masing memberikan kesaksiannya sendiri dalam kegiatan setiap hari, di mana pun kita berada. Apakah Anda seorang anggota hidup bakti? Jadilah kudus dengan menghayati persembahan diri Anda dengan sukacita. Apakah Anda menikah? Jadilah kudus dengan mengasihi dan memperhatikan suami atau istri Anda, sebagaimana Kristus lakukan kepada Gereja-Nya. Apakah Anda seorang pekerja? Jadilah kudus dengan melakukan pekerjaan Anda dengan kejujuran dan kemampuan untuk melayani sesama. Apakah Anda orangtua atau kakek-nenek? Jadilah kudus dengan mengajarkan dengan sabar anak atau cucu untuk mengikuti Yesus. Apakah Anda sedang memiliki kekuasaan? Jadilah kudus dengan berjuang demi kesejahteraan bersama dan melepaskan kepentingan pribadi. (Gaudete et Exultate. 14)
Lebih lanjut Paus Fransiskus mengatakan, Saya senang melihat kekudusan yang ada dalam kesabaran umat Allah; dalam diri orangua yang membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang yang sangat besar, dalam diri laki-laki dan perempuan yang bekerja keras untuk menafkahi keluarga mereka, dalam diri mereka yang sakit, dalam diri kaum religius lanjut usia yang tetap tersenyum. Di dalam kegigihan perjuangan mereka untuk terus maju hari demi hari, saya melihat kekudusan dari Gereja yang militan. Seringkali hal tersebut merupakan kekudusan dari “pintu sebelah”, mereka yang hidup dekat dengan kita. Mereka mencerminkan kehadiran Allah. (GE. 7)
Karena itu, “Janganlah takut pada kekudusan. Kekudusan tidak akan mengambil daya hidup dan kegembiraan Anda. Justru sebaliknya, Anda akan menjadi apa yang dikehendaki Bapa saat menciptakan Anda, dan Anda akan menjadi setia pada keberadaan Anda sendiri. Bergantung kepada Allah akan memerdekakan kita dari perbudakan dan menuntun kita untuk memahami martabat kita”. Bersukacitalah dan bergembiralah!**
Ditulis oleh Rm. Frans Emanuel Da Santo, Pr; Sekretaris Komkat KWI
Trimakasih untuk bahan permenungannya.
sama-sama romo Tjokro…salam sehat selalu ke Agats. Salam juga untuk Romo Titus , SCJ ya…masih sedulur dengan istriku..