Renungan Hari Selasa Pekan Biasa XXXIII
Bacaan:
Wahyu 3:1-6,14-22
Lukas 19:1-10
Zakheus dan pohon ara dalam Injil Lukas hari ini merupakan kisah yang sudah sangat sering kita dengar serta menjadi bahan permenungan dalam berbagai kesempatan. Mari kita lihat kembali kisah Zakheus ini dengan lebih seksama. Zakheus adalah seorang pemungut cukai. Pemungut cukai atau penagih pajak dalam tradisi Israel dipandang rendah karena menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri. Zakheus biasa menagih pajak dengan tarif yang tidak sesuai. Hal ini terbukti dari kata-kata Zakheus: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”
Zakheus mengalami perubahan yang nyata saat berjumpa dengan Yesus. Perjumpaan mengubah Zakheus menjadi seorang yang dipenuhi dengan kasih. Untuk itu, Yesus pun mengajak para murid dan mereka yang hadir di rumah Zakheus untuk bersyukur. Bersyukur bahwa orang yang selalu dipandang rendah dalam masyarakat karena perbuatannya itu, mau berubah dan kembali kepada jalan yang benar.
Ajakan Yesus untuk melihat dan mengalami sendiri perubahan yang dialami oleh Zakheus ternyata tidak begitu saja yang diamini juga oleh orang banyak. Banyak orang justru mempertanyakan maksud Yesus mau makan dan tinggal di rumah orang berdosa. Yesus kembali lagi menegaskan bahwa kedatangan-Nya ke dunia ini bukan untuk orang-orang yang suci dan tidak berdosa saja, melainkan juga kepada mereka yang masih tinggal dalam dosa. Yesus dalam kisah ini mau menyadarkan kita bahwa semua orang butuh untuk disentuh.
Semua orang butuh pelayanan yang tulus. Semua orang butuh untuk datang kepada Yesus dan menjumpainya secara pribadi. Perjumpaan secara pribadi melalui doa dan berbagai kesempatan inilah yang kemudian menjadi berkat bagi banyak orang untuk semakin memperbaiki diri. Dalam kenyataannya, kita kadang menjauhi orang berdosa. Apalagi kalau dalam lingkungan kita, ada orang yang benar-benar diketahui berdosa, sudah pasti kita tidak akan mengizinkan anggota keluarga kita untuk bergaul dengannya. Kita salah? Tentu saja tidak. Tetapi, bukan itu yang mau diajarkan oleh Yesus. Yesus mau kita mencintai semua orang dan menganggap semua orang sebagai saudara, entah dia berdosa, kudus, kaya, miskin, dan dalam keadaan apapun.
Yesus melalui Injil hari ini mengajak kita agar berani menjumpai-Nya secara pribadi. Setelah mengenal dan berjumpa secara pribadi dengan Yesus, tidak ada seorang pun, yang akan tetap tinggal dalam dosa, ketidakjujuran, dan sifat tak mengenal belas kasihan terhadap orang lain. Yesus selalu mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Namun, kadang hati kita masih dipenuhi oleh kesombongan dan kenagkuhan, sehingga kita kadang menolak untuk datang dan mohon bantuan-Nya dalam hidup kita.
Mari datang kepada Yesus!
(Ignasius Lede)