Renungan Hari Senin Pekan Biasa XXXIII
Bacaan:
Titus 1:1-9
Lukas 17:1-6
Bacaan injil hari ini berbicara tentang perkataan Yesus agar para murid memiliki iman yang sejati. Iman yang sungguh datang dari hati dan tidak bisa digoyangkan dengan hal apapun juga. Iman yang sejati sederhananya tampak dalam hal pengampunan. Perihal pengampunan ini setidaknya dapat ditarik tiga poin penting. Pertama, Yesus sangat menekankan hati yang mengampuni daripada hanya hati yang selalu mengingat kesalahan orang lain dan memiliki dendam dalam hatinya untuk kemudian dikeluarkan. Kedua, Yesus juga menekankan pengampunan dari sisi pengampun atau dari sisi orang yang dimohonkan ampunan atau orang yang akan memberi ampunan. Pengampun dalam hal ini harus terus memiliki hati yang terbuka sehingga berapa kali pun orang bersalah kepadanya, sejumlah itu juga dia akan memberi pengampunan. Ketiga, Yesus menekankan dari sisi orang yang meminta maaf atau memohon ampun. Orang yang memohon ampun harus meminta ampunan tulus dari hatinya. Tidak setengah-setengah! Ketulusan yang sungguh diharapkan dapat sampai pada perubahan hidup. Adanya sebuah Transformasi spiritual.
Palus dalam suratnya kepada Titus mengatakan bahwa Allah menuntut standar moral yang tinggi untuk penilik/pelayan gereja (dapat disebutkan di sini semua para pelayan Gereja: mulai dari Uskup sampai pada para Katekis yang setiap hari bersentuhan dengan hidup harian umat). Apabila pemimpinnya saja dapat dicela, maka dengan sendirinya gereja akan menyimpang dari kebenaran karena tidak ada teladan saleh untuk diikuti. Untuk itu, Paulus menekankan agar para pelayan Tuhan hendaknya selalu mengikuti ajaran Kristus dengan selalu memiliki iman yang teguh. Tanpa iman yang teguh maka bisa saja mereka akan menyimpang pada jalan yang salah dan mengikuti keinginan dunia.
Bacaan hari ini mengajak kita untuk memiliki iman yang teguh khususnya dalam hal mengampuni dan memohon ampunan. Iman yang teguh bisa menuntun kita untuk menjadi murid Kristus yang sejati. Menjadi murid Kristus yang sejati dengan Kristus dalam hidupnya akan menjadi seorang yang sungguh berkualitas dalam iman dan dalam tindakan hidup. Tidak muda memang. Apalagi untuk memberi pengampunan kepada orang yang memiliki kesalahan, apalagi selalu mengulang kesalahan yang sama kepada kita. Tetapi Yesus dalam Injil hari selalu menguatkan kita bahwa kita bisa melakukannya. Bukan hanya melakukannya, bahkan menjadi teladan bagi orang lain. Mari untuk selalu memiliki iman yang sejati dan menunjukkannya dalam hidup sehari-hari. Iman yang sejati dalam salah satu wujud nyatanya ialah pengampunan. Sudahkah kita mengampuni dan memohon ampun dengan tulus?
(Ignasius Lede)