Bacaan: Yer. 1:4-5,17-19; 1Kor.12:31-13:13; Luk.4:21-30.
Bacaan Injil hari ini mengenai Yesus ditolak di Nazaret, tempat Ia dibesarkan dan membantu ayahnya sebagai tukang kayu, sebelum Ia memulai karya-Nya di kota-kota lain. Hari ini kita diajak untuk menyaksikan sambutan masyarakat Nazaret ketika Yesus pulang dan berkotbah di rumah ibadat pada hari sabat.
Orang Nazaret menyimak dan mendengarkan kotbah Yesus dan terheran-heran, bagaimana seorang anak tukang kayu mampu berkata-kata penuh hikmat dan penjelasan Yesus dibenarkan mereka. Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya. Mereka kemudian merasa aneh, melihat Yesus menjadi populer karena mampu mengajar dan berkotbah bahkan melakukan mukjizat spektakuler.
Sering terjadi bahwa sikap orang yang “kalah” atau tahu dirinya bersalah adalah dengan cara menyingkirkan orang yang “mengalahkan dirinya” bahkan bila perlu dibunuh sekalian supaya tidak menyusahkan dirinya. sifat pengecut dan kerdil ini akibat kesombongan diri yang tidak mau ada orang lain yang melebihi dirinya. seharusnya mereka sadar diri. Yesus; bukankah lebih baik mereka mau memperbaiki diri supaya mereka bisa sukses seperti yang mereka lihat Yesus menjadi populer. Kita pun bisa menjumpai hal seperti ini di sekitar kita. Ada orang yang mengomel, mengkritik orang lain tetapi dirinya sendiri tidak mau ditegur dan dinasehati, apalagi mau belajar meningkatkan pengetahuan dan kemampuan diri.
Pesan bagi kita adalah hendaknya kita mawas diri dan bersikap rendah hati. terkadang, dibalik pujian orang lain kepada kita ada maksud tertentu untuk menjerumuskan kita dengan mencari-cari kesalahan kita, supaya dapat menjatuhkan kita seperti yang dialami Yesus, pada mulanya mereka takjub mendengar pengajaran-Nya tetapi setelah itu ternyata mereka mencari-cari kekurangan Yesus yang bisa mereka eksploitasikan untuk menjatuhkan nama baik-Nya, dan berusaha untuk membunuh Yesus.
Terkadang kita juga berlaku demikian. Kita menjadikan Yesus sesuai kehendak dan imajinasi kita. Kita mau mengenal-Nya hanya sebatas keinginan. Kita bertindak seolah-olah lebih besar daripada Dia. Jika saat ini kita bersikap demikian, mari bertobat! Mari kita merendahkan diri di hadapan Sang Mesias dan menyambut-Nya dengan penus sukacita.**
Rm. Fransiskus Emanuel Dasanto, Pr; Sekretaris Komkat KWI