Renungan Hari Minggu Adven II : “Tobat: Jalan Menyambut Kedatangan Tuhan

Bacaan : Yes 40: 1 – 5. 9-11; 2Petr. 3: 8 – 14; Mrk.1: 1 – 8.

Yesaya dalam nubuat-nubuatnya penuh hiburan. Ia menjanjikan bahwa akan ada pembebasan baru yang lebih besar; bahkan suatu pembebasan yang lebih mulia daripada pembebasan mereka dari Mesir . Sang Nabi menggambarkan Allah sebagai Dia yang penuh belaskasihan, yang mempunyai perhatian besar terhadap umat-Nya seperti seorang gembala.

Yesaya juga tampil hadir ketika bangsa ini berada di pembuangan. Pengalaman yang sangat dirasakan oleh bangsa Israel ketika berada di pembuangan,adalah pengalaman yang sangat menyakitkan, mereka tidak berdaya. Tanah air mereka hancur, dan mereka ditindas bangsa yang tidak mengenal Allah. Pengalaman pahit ini menyadarkan mereka untuk melihat kembali diri mereka. Mereka disadarkan bahwa mereka sudah tidak setia terhadap Allah, dan ketidak setiaan itu telah membawa malapetaka besar. Ada yang putus asa, yang merasa dikutuk Allah bahkan tidak lagi melihat terang masa depannya. Namun masih ada sebagian orang yang menyadari bahwa Allah tidak menghukum umat-Nya untuk selamanya. Mereka yakin bahwa Allah tetap setia walau sering mereka tidak setia. Allah menjadi jaminan pembebasan mereka. Bahkan ditegaskan oleh Rasul Petrus dalam suratnya, bahwa Tuhan yang begitu setia akan menepati janji-Nya Allah begitu sabar karena Ia menghendaki agar semua orang boleh mengalami keselamatan, supaya semua orang berbalik dan bertobat, bahwa suatu dunia baru akan  disediakan Allah.

Untuk mengalami dunia baru itu, Yohanes Pembaptis dalam Injil mengingatkan agar para pendengarnya mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Jalan itu adalah jalan pertobatan Bertobat dan memberi diri dibaptis dengan Roh dan hidup dalam bumi yang baru itu yaitu dalam kebenaran. Inti pertobatan sejati adalah membuang yang jahat, membersihkan yang kotor dan melakukan yang baik. Tobat berarti kita mengarahkan diri kembali kepada Allah, meluruskan arah hidup kita, meninggalkan segala yang menghambat untuk maju bersama Allah.

Konkritnya, ketika kita masih hidup dalam semangat konsumerisme dan mencari kenikmatan duniawi, Yohanes Pembaptis mengingatkan kita untuk hidup sederhana, tidak bergantung dan melekat pada hal-hal duniawi, ketika orang cuma puas saja dengan hidup imannya, Yohanes menawarkan semangat radikal untuk berubah dan merombak hidup yang lebih maju, menjadi lebih baik; bahkan ketika orang hidup penuh kompromi antara yang baik dan jahat, Yohanes menawarkan keberanian untuk tidak kompromi dengan yang jahat.

Saat ini Yohanes Pembaptis masih terus berseru di padang gurun kehidupan kita masing-masing agar kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Jalan hati kita yang perlu ditata, agar kita kembali ke martabat kita sebagai anak-anak Allah dan akan kewajiban setiap kita orang beriman meluruskan, meratakan, menimbun jalan hati dan hidup kita yang bengkok, yang berlekak lekuk, yang berlubang karena dosa-dosa kita. Kita berani bertobat dan bersedia untuk kembali ke jalan Allah, jalan keselamatan, jalan menuju dunia baru, jalan damai, jalan berkat, jalan menuju Tuhan. Supaya kita kedapatan tidak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya dalam perdamaian dengan Dia. Inilah saat yang tepat, saat adven, saat rahmat untuk menggugat diri dan hidup kita, untuk sejenak mempertanyakan jalan hidup yang telah dan sedang kita jalani, saat bertobat, saat untuk untuk masuk dan berdoa untuk mengalami suatu bumi baru yang terdapat damai dan kebenaran. Dalam dan melalui jalan ini, mari kita menyambut kedatangan-Nya. Siapkanlah jalan bagi Tuhan. Tuhan memberkati. Amin.***

Rm. Fransiskus Emanuel da Santo, Pr;  Sekretaris Komisi Kateketik KWI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *