Renungan Hari Minggu Prapaskah I: “Percobaan”

yesus-digoda-.jpg

Bacaan I : Kej 9:8-15
Bacaan II : Ptr 3:18-22
Bacaan Injil: Yesus Mrk 1:12-15

Dalam hidup ini kita sering mengalami pelbagai cobaan dan godaan. Sering godaan-godaan itu tidak jahat, pada dasarnya baik dan bernilai, seperti kekayaan, kehormatan, dsbnya. Tetapi hal-hal itu menjadi tidak baik, kalau kita mulai memutlakkannya dan mengabaikan hal-hal atau nilai-nilai yang lebih penting, lebih pokok seperti Kerajaan Allah, bahkan Allah sendiri.

Seorang tukang cukur istana sedang berjalan-jalan di bawah sebatang pohon yang angker, ketika ia mendengar suara yang berkata: “Inginkah engkau mempunyai emas tujuh buli-buli?” Tukang cukur itu melihat kiri kanan dan tidak tampak seorang pun. Tetapi nafsu lobanya timbul, maka dengan cepat ia menjawab lantang: “Ya, aku ingin!”
“Kalau begitu pulanglah ke rumah!” Kata suara itu. “Engkau akan menemukannya di sana!!” Si tukang cukur itu cepat-cepat berlari pulang. Sungguh, ia menemukan tujuh buli-buli penuh dengan emas, kecuali satu yang berisi setengah saja. Si tukang cukur tidak bisa melepaskan pikirannya, bahwa satu buli-buli hanya berisi setengah saja. Ia ingin sekali segera mengisinya sampai penuh. Sebab jika tidak, ia merasa kebahagiaannya tidak sempurna. Seluruh perhiasan milik anggota keluarganya disuruhnya dilebur menjadi uang emas. Dan dimasukkannya dalam buli-buli yang berisi setengah itu. Tetapi buli-buli itu tetap berisi setengah seperti semula. Ini menjengkelkan! Ia menabung dan menghemat dan berpuasa untuk mengumpulkan emas, keping demi keping, sampai ia sendiri dan seluruh keluarganya kelaparan. Namun demikian sia-sia belaka. Biarpun begitu banyak emas telah dimasukkan ke dalamnya, buli-buli itu tetap berisi setengah saja.
Pada suatu hari ia meminta kenaikan gaji kepada raja. Upahnya dilipatduakan. Ia mulai menipu dan memeras sesama pegawai istana untuk mengisi buli-buli itu. Namun tetap sia-sia. Berapapun emas yang dimasukkan, buli-buli ketujuh itu tetap berisi setengah. Raja mulai memperhatikan, betapa tukang cukur itu tampak kurus dan menderita. “Kau punya masalah apa?” tanya sang raja. “Kau dulu begitu puas dan bahagia waktu gajimu kecil saja. Sekarang gajimu sudah lipat dua, namun kau begitu muram dan lesu. Barangkali kau menyimpan tujuh buli-buli berisi emas itu?” Tukang cukur terheran-heran.
“Siapakah yang menceriterakan hal itu kepada paduka, ya tuanku raja?” Raja tertawa seraya berkata: “Tindak-tandukmu jelas menunjukkan gejala-gejala yang terdapat pada semua orang yang ditawari tujuh buli-buli berisi emas oleh setan. Ia pernah menawarkan kepadaku. Aku pun pernah terpikat oleh nafsu mencari emas untuk mengisi buli-buli ketujuh yang hanya berisi setengah itu dan melupakan tugas pokokku memimpin kerajaan. Aku telah mengembalikan ketujuh buli-buli emas itu! Lekas kembalikan ketujuh buli-buli berisi emas itu kepada setan, pastilah engkau akan bahagia kembali!!”

Pegawai istana itu telah menjadi jahat dan melalaikan tugas pokoknya karena ia tergoda oleh harta.
Pada jaman ini kita mengalami banyak hal yang saling berbenturan. Dalam keadaan seperti ini, manusia tidak mudah menjaga kedekatannya dengan Allah. Kita dihadapkan dengan kecenderungan untuk menukar nilai-nilai Kerajaan Allah dengan tawaran yang menjanjikan seperti: kekuasaan, kenikmatan, dan harta; padahal nilai-nilai Kerajaan Allah itulah yang membuat hati kita dekat dengan Allah dengan demikian keselamatan hidup kita yang mendasar terjamin.
Kita sangat senang bahwa kemajuan dunia dalam banyak hal sangat cepat dan mengagumkan. Di lain pihak, kita menjadi makin mudah tergiur oleh janji-janji dan harapan-harapan yang menawarkan kenikmatan hidup apalagi kalau dibarengi dengan kekuasaan dan kehormatan.
Kita ditantang, apakah kita masih ingat akan tugas dan tujuan pokok hidup kita. Ada tiga kekuatan dunia yang sangat menggiurkan. Ketiga kekuatan tersebut sangat kuat dan begitu cocok dengan dambaan hati setiap manusia, yakni:
Pertama : harta, kekayaan, dan pelbagai jaminan ekonomis.
Kedua : kedudukan, jabatan, kehormatan, kuasa, dan pelbagai jaminan yang bersifat politis.
Ketiga : kenikmatan, kesenangan, …dsbnya.

Yesus pun pada masa hidup-Nya di dunia pernah mengalami cobaan-cobaan seperti itu. Mari kita telaah.

***

Dalam Injil hari ini kita mendengar bagaimana Yesus dicobai iblis untuk memilih apa yang harus dinomorsatukan di dalam hidup-Nya. Sebelum melukiskan pencobaan Yesus di padang gurun, Lukas mencatat mengenai silsilah Yesus, seperti halnya kita mempunyai silsilah. Lukas ingin menyatakan bahwa Yesus dalam segala hal menjadi sama seperti kita, yaitu manusia, yang juga mengalami pencobaan. Oleh karena itu Yesus dapat menjadi teladan bagi kita.

Percobaan yang pertama
Situasi padang gurun menyebabkan rasa haus dan lapar menguasai Yesus pada saat itu. Ia pasti mengalami lapar dan haus selama menyendiri, berpuasa dan berdoa di tempat itu. Maka, iblis memanfaatkan situasi “lapar” dan berkata, “Jika Engkau Anak Allah (artinya: Mesias), suruhlah batu ini menjadi roti”. Kalimat ini tidak lain berarti “Pakailah kekuasaan-Mu dan hiduplah enak dalam kemewahan”. Percobaan ini memberikan tawaran kepada Yesus untuk mengutamakan kesejahteraan jasmani. Kelimpahan ekonomis. Yesus menolak tawaran setan itu, maka Yesus menjawab: “Ada tertulis manusia hidup bukan hanya dari roti saja”.
Yang lebih penting adalah firman dan kehendak Allah, yaitu membangun Kerajaan Allah, di mana manusia dapat mengalami kesejahteraan lahir batin di dunia ini dan di akhirat.

Percobaan yang kedua
Pencobaan terhadap Yesus dilanjutkan oleh iblis dengan membawa-Nya ke suatu tempat yang tinggi. Di tempat itu iblis memperlihatkan segala kerajaan dunia, kekuasaan dan kemuliaan, dan dengan bangga ia menjanjikan akan memberikan semuanya itu kepada Yesus bila Yesus mau bersujud dan menyembahnya. Kekuasaan dan kemuliaan di dunia! Bukankah banyak orang berlomba-lomba memperebutkannya? Secara tidak langsung iblis mau menyarankan: “Jadilah Mesias yang berhaluan politik”.
Tawaran itu sudah barang tentu melukai hati Yesus. Betapa kekuasaan dan kemuliaan telah kerap kali mencelakakan manusia dan membuat manusia tidak mampu mewujudkan cita-cita untuk mengabdi Allah. Yesus datang supaya Allah dinomorsatukan di hati manusia dan Allah menjadi raja di hati manusia. Manusia bukan diciptakan demi kekuasaan dan kemegahan. Kekuasaan dan kemegahan dapat menjadi akar dari semua ketidak-selamatan manusia; dapat menjadi penyebab dasar mengapa orang tidak bersedia menerima Allah di hati. Maka, secara mendasar Yesus menjawab si iblis, “engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya Dia sajalah engkau berbakti!”.

Percobaan yang ketiga
Iblis membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan-Nya dibubungan Bait Allah. Dengan dua kali pencobaan yang tidak berhasil itu, iblis masih berusaha minta tanda bahwa Yesus adalah Mesias, Putera Allah. Yesus di minta untuk menjatuhkan diri dari bubungan bait Allah. “Jadilah seorang Mesias yang termasyur, dengan tanda-tanda ajaib yang menyolok mata”, desak iblis. Iblis membujuk Yesus untuk berakrobatik, untuk bersenang-senang. Iblis menawarkan kesenangan dan kenikmatan. Untuk itukah Yesus menjadi Mesias? Menjadi Juruselamat yang mengusahakan keselamatan manusia tidak dengan cara yang ajaib dan mencolok mata, tetapi dengan cara yang sederhana, bahkan secara hina, yakni lewat penderitaan dan kematian. Oleh karena itu Yesus menjawab kepada iblis, “Jangan Engkau mencobai Tuhan Allahmu”.
Bila kita membaca tiga pencobaan di atas, maka apa yang ditawarkan iblis kepada Yesus tampak baik dan menarik.
Pada percobaan pertama diketengahkan masalah jaminan sosial ekonomi, yang bisa menggeserkan perhatian kita dari Kerajaan Allah, yang membawa kesejahteraan yang lebih utuh bagi manusia. Pada percobaan kedua iblis menawarkan kemuliaan dan kemegahan? Bukankah mempunyai kekuasaan politis itu penting?
Percobaan ketiga menawarkan keajaiban, kesenangan hidup. Hidup mau di buat enteng dan dangkal.
Nilai-nilai tersebut memang menarik sekali bagi manusia. Apa yang seluruhnya buruk tidak mungkin menarik. Akan tetapi sesuatu yang baik dapat menjadi buruk apabila nilai yang lebih rendah diutamakan dari nilai yang lebih tinggi. Dalam pencobaan-pencobaan tersebut, Yesus dihadapkan oleh dua pilihan, yaitu memilih tawaran si iblis atau memilih kehendak Allah Bapa, yaitu mewartakan kabar baik Kerajaan Allah, kendati harus melalui sengsara dan kematian-Nya di salib. Yesus menolak tawaran iblis tanpa kompromi sebab kehendak Allah harus dinomorsatukan. Melaksanakan kehendak Allah Bapa bagi Yesus merupakan nilai tertinggi. Nilai lain tidak berarti bagi diri-Nya.nn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *