Di tengah Trend Media Digital, Vatikan Ajak Belajar dari Asia

Mgr. Tighe-2.jpg

Gereja Katolik bisa belajar dari trend Asia terkait media sosial untuk membantu membangun jaringan komunikasi dan meningkatkan evangelisasi, kata seorang pejabat Vatikan.

“Ini adalah sebuah komunitas global. Kita perlu belajar satu sama lain dan terutama kita harus mengakui kekuatan Asia,” kata Msgr Paul Tighe, sekretaris Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial. Uskup kelahiran Irlandia itu mengatakan Asia masuk “tepat ke jantung dunia digital.” “Ini berarti bahwa orang Asia telah berkembang melalui media digital,” katanya dalam simposium yang diselenggarakan oleh Kantor Komunikasi Sosial Federasi Konferensi-konferensi Waligereja Asia (FABC).

Negara-negara Asia bersaing dalam pembangunan ekonomi yang pesat dan kemajuan di bidang teknologi media sosial. Sekitar 40 persen pengguna internet di dunia adalah orang-orang yang tinggal di kawasan Asia-Pasifik, kata International Telecommunications Union. Msgr Tighe adalah pembicara utama pada simposium tahunan untuk para ketua Komisi Komsos dari lebih dari 15 negara yang diselenggarakan di Yangon, Myanmar dari 16-21 November.

Pertemuan tahun ini berfokus pada tantangan yang dihadapi Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) nasional. Pertemuan ini juga membahas peran para uskup dalam memperkuat komisi tersebut di tengah perubahan media. Msgr Tighe, yang sebelumnya mengepalai kantor urusan publik Keuskupan Agung Dablin, menyambut baik diadakan simposium ini. “Bagi saya, pertemuan ini sangat penting untuk memungkinkan kami mengetahui apa yang terjadi di Asia dan kemudian memungkinkan kami di Roma mengetahui bagaimana kami harus mengatur pekerjaan kami.”

Dia mengatakan simposium itu membantu para pekerja komunikasi Vatikan untuk belajar tentang tantangan saat ini. “Khususnya dalam konteks digital, Gereja harus memahami dirinya sebagai jaringan di mana kebanyakan orang akan mendapatkan berita dari konferensi waligereja lokal maka kami harus mencoba dan memberikan mereka isi yang mereka butuhkan,” katanya.

Msgr Tighe mengatakan simposium ini penting. Ini adalah kesempatan untuk bertemu orang lain dan “mencari tahu apa yang terjadi dan menjaga hubungan baik bagi kita yang berada di jantung komunikasi Katolik.” Kantor Komsos FABC bertujuan membekali para uskup Asia dan pelayan komunikasi dan memberikan mereka keterampilan untuk pelayanan pastoral dan evangelisasi dalam terang media baru. Di beberapa negara Asia, upaya pelayanan pastoral dan komunikasi Gereja terkendala oleh diskriminasi, kemiskinan, dan bahkan penganiayaan dan penindasan.

Sumber: ucanews.com/indonesia.ucanews.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *